Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 02 Juni 2011

Firman dalam Mulut


















Lebih jauh ramalan mengatakan, "... dan Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya..." Apakah artinya jika dikatakan, "Saya akan menaruh firman saya dalam mulut Anda?" Perhatikan, ketika mula-mula saya meminta Anda (Umat Kristiani) untuk membuka Ulangan 18: 18 dan jika saya meminta Anda untuk membacanya, lalu Anda telah mem-bacanya, apakah itu berarti saya telah menaruh firman saya dalam mulut Anda?"
Dominee menjawab, "Tidak."
Tetapi, saya melanjutkan, "Jika saya mengajari Anda sebuah bahasa yang Anda tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, seperti bahasa Arab, dan bila saya meminta Anda untuk membaca atau mengulangi sesudah saya, apa yang saya ucapkan; yaitu:
"Katakanlah, 'Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan, tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.' (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
Tidakkah saya sedang menaruh kata-kata asing yang belum pernah didengar dan telah kamu ucapkan, ke dalam mulut Anda?" Umat Kristen tentu saja setuju.
Dengan cara yang sama, saya berkata; "Kata-kata kitab suci Al-Qur' an, wahyu yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Muhammad diungkapkan."
Sejarah menyatakan bahwa Muhammad ketika itu ber-usia 40 tahun. Ia berada dalam sebuah gua kira-kira 3 mil ke utara dari kota Makkah. Hari itu adalah malam ke 17 bulan Ramadhan (dalam buku aslinya yang berbahasa Inggris di-tulis: "malam ke 27 bulan Ramadhan"). Dalam gua malaikat Jibril memerintahkannya dalam bahasa daerahnya:
"'Baca!" atau 'nyatakan!' atau 'bawakan!"' Muhammad ketakutan dan dalam keadaan kebingungan menjawab:
"Saya tak dapat membaca!" Malaikat memerintahkan untuk kedua kalinya dengan hasil yang sama. Pada yang ke-tiga kalinya malaikat melanjutkan.
Barulah Muhammad mengerti apa yang harus dilakukannya hanyalah mengulangi untuk berlatih. Dan dia mengulangi kata-kata yang ditaruh dalam mulutnya:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah YangMaha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-5).
Ini semua adalah ayat pertama yang diwahyukan kepada Muhammad, yang sekarang merupakan permulaan surat ke 96 (Al-'Alaq) dari Al-Qur'an.

Segera setelah malaikat pergi, Muhammad berlari ke rumahnya. Dengan ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, beliau meminta istri tercintanya, Khadijah, untuk menyelimutinya. Beliau berbaring, dan istrinya memandanginya. Ketika telah tenang kembali, Muhammad menjelaskan kepada istrinya apa yang telah dilihat dan didengarnya. Khadijah meyakinkannya bahwa ia percaya kepada Muhammad dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hal mengerikan seperti itu terjadi padanya. Apakah ini semua adalah pengakuan seorang penipu? Apakah penipu mengaku bahwa ketika seorang malaikat mendatangi mereka dengan pesan dari Yang Maha Tinggi, mereka menjadi kuatir, ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, lari ke rumah menuju istrinya? Setiap kritikus dapat melihat bahwa reaksi dan pengakuannya ini adalah dari seorang yang jujur dan tulus, manusia kebenaran --Al Amin-- yang jujur, yang tulus dan yang dapat dipercaya.
Selama 23 tahun berikut dalam hidup kenabiannya, kata-kata tersebut 'ditaruh dalam mulutnya' dan beliau mengucapkannya. Kata-kata tersebut memberi pengaruh yang tak terhapuskan dalam hati dan pikirannya; dan ketika jumlahnya bertambah, kata-kata suci tersebut dicatatnya pada daun, kulit dan tulang belikat hewan, serta di dalam hati murid-murid yang tekun. Sebelum kematiannya, kata-kata ini disusun dalam urutan seperti yang dapat kita temukan saat ini dalam Kitab Suci Al-Qur'an. Kata-kata wahyu tersebut benar-benar ditaruh di dalam mulutnya; tepat seperti dikatakan dalam ramalan pada diskusi, "Dan Aku akan menaruh Firman-Ku dalam mulutnya." (Injil - Ulangan 18: 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Open Cbox